Home » , » Jaringan Inovasi, Selamat Datang di Sumsel

Jaringan Inovasi, Selamat Datang di Sumsel

Written By Unknown on Jumat, 13 Juni 2014 | Jumat, Juni 13, 2014


Oleh Louise Hutauruk *

PALEMBANG pintu gerbang Provinsi Sumatera Selatan. Di kota ini ada instansi Bappeda Provinsi Sumsel yang menjadi pintu masuk bagi tim PPKDT (Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi) BPPT untuk memperoleh informasi segala hal yang berkaitan dengan potensi wilayah itu, yang kegiatannya stagnan, yang perlu dikembangkan, yang perlu diperbaiki untuk kepentingan masyarakat. Tim Jaringan Inovasi datang untuk berkenalan dengan para pelaku kegiatan karet.
Tahun 2014 merupakan tahun pertama Program Pengembangan Jaringan Inovasi masuk ke Sumsel, dengan fokus kegiatan karet. Sebagai wilayah yang baru masuk dalam peta kegiatan, yang menjadi dasar pemikiran yakni pada 2015 mulai diberlakukannya AFTA (Asean Free Trade Area) dimana daya saing merupakan butir penting. Jaringan Inovasi diperlukan karena beberapa hal, yakni: untuk bersinerginya instansi dan pelaku terkait, untuk terbentuknya aliran pengetahuan serta pembelajaran, juga untuk terakumulasinya inisiatif strategis. Semuanya untuk pembentukan dan penguatan sistem inovasi di wilayah yang bersangkutan, yang pada muaranya nanti diharapkan untuk kepentingan karet nasional. Sebagai catatan, areal perkebunan karet Indonesia paling luas di dunia.

Warisan Belanda
Produksi karet di Sumsel pada 2012 terdata menurut angka estimasi 608.243 ton, dengan luas lahan yang sudah digunakan 670.489 ha. (Statistik Pertanian 2012). Di Sumsel infrastruktur karet masih warisan Belanda. Mayoritas petani karet masih tradisional, kegiatan di hulu pergerakannya relatif lebih cepat dari pada di hilir. Kini, di saat hilirisasi dipercepat, secara paralel kegiatan di hulu pun masih perlu dibenahi. Infrastruktur yang saat ini masih menggunakan perlengkapan warisan Belanda harus diremajakan karena merupakan penyebab produksi yang rendah dan kemiskinan. Karet tua berproduksi rendah. 
Saat ini target tiap tahun, melaksanakan peremajaan untuk 40.000 ha. Juga menghadapi kebiasaan petani karet yang lebih suka menjual bahan mentah padahal PDRB terbesar di kegiatan pertanian yang unggul. Karena faktor kebiasaan petani karet pula yang menyebabkan tidak mudahnya para penyuluh memperkenalkan bibit baru. Sementara ini Balai Sembawa sudah menjadi ikon tempat penelitian karet, berada di antara kegiatan produksi karet yang terdata dimiliki oleh satu PMDN (Industri Lokal PT. Baja Baru) dan 30 PMA.

Perlu Jaringan Inovasi
Dari kunjungan lapangan, jaringan asosiasi/institusi/pelaku yang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan karet di lingkungan Provinsi Sumsel, diantaranya Bappeda, Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan, Dinas Perhubungan, BUMN, Balitbangnovda, Universitas Sriwijaya - Forbes (Forum Bersama), Koperasi, Balai Penelitian Sembawa, Balai Teknologi Pertanian, Balai Teknologi Perkebunan, Agro Techno Park, Pelabuhan Tanjung Api Api, Konvensi – Forum Penghasil Karet, Pasar Lelang Terpadu, Palembang Telecenter (PTC), Swasta – Perusahaan Karet, GAPKINDO (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia), dan dua mitra luar negeri yaitu Jerman dan Belarus.

Pemprov Sumsel telah menetapkan kawasan Tanjung Api Api Kabupaten Banyuasin sebagai Kawasan Ekonomi Khusus untuk lokasi industri dan sarana transportasi kereta api, yang biasa disebut sebagai KEK TAA (Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api). Dalam hal pembangunan infrastruktur pada 2010 antara Pemprov Sumsel dan pihak investor telah dilakukan penandatanganan Head of Agreement (HoA) pembangunan jalan kereta api angkutan batubara sepanjang 270 km dari Tanjung Enim ke Tanjung Carat (Tanjung Api-Api) dan pembangunan Coal Terminal di Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan. Menurut Informasi status Mei 2014, PP KEK Tanjung Api-Api sudah di tangan Menteri Koordinator Perekonomian selanjutnya menunggu untuk ditandatangani Presiden RI. Dengan adanya status KEK, tentunya berpengaruh pada peningkatan kegiatan karet.

Diharapkan di masa depan bila Program Pengembangan Jaringan Inovasi dapat memperoleh porsi kegiatan yang proporsional di Sumsel, dapat dipetakan para pelaku dan perannya dalam kegiatan karet. Melalui kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan karet ini diharapkan intervensi yang membuat para stakeholders dapat bersinergi untuk segala kebaikan pengembangan karet dalam hal ini utamanya di wilayah Sumatera Selatan. ■  *Louise Hutauruk, Perekayasa Madya pada Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi (PPKDT), BPPT.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar



 
Support : BPPT | GIN | Facebook Group
Copyright © 2013. Gerbang Indah Nusantara - All Rights Reserved
Template Created by Gerbang Indah Nusantara Modified by TEAM PORTAL
Proudly powered by GIN